Sesuatu
yang dicari sudahlah tentu sesuatu yang penting dan bisa jadi mendesak yang
jika tidak ketemu dapat berpengaruh untuk sang pencari. Seperti seseorang yang
mencari sepatunya yang hilang saat berselancar
di warnet, tentu dia akan kebingungan dan berusaha mencari sepatunya yang
hilang itu, dan jika tidak ketemu tentu saja dia merasakan ketidaknyamanan
dalam hatinya, selain itu setidaknya diapun harus berjalan tanpa alas kaki
untuk sekedar membeli sandal jepit di warung terdekat, atau mungkin jika dia
tidak punya uang, dia harus berjalan sepanjang jalan dari warnet sampai
rumahnya. Contoh lain, seseorang pekerja serabutan yang mencari uang hanya
untuk sekedar dibelikan makan esok harinya, jika uang yang dicarinya ia
dapatkan tentu esok hari peeutnya tidak bersuara nyaring mencari pengganjal,
namun jika ia tak menemukan uang yang dicarinya, pastilah esok hari ia akan
kelaparan dan bisa jadi jatuh sakit.
Itulah
yang disebut mencari, akan ada konsekuensi untuk sang pencari bila yang
dicarinya tidak dia dapatkan atau tidak dia temukan.
Hidup mencari
kebahagiaan
Pada
hakekatnya baik diakui atau tidak, setiap manusia mencari kebahagiaan dalam
hidupnya. menurut Kamus Bsar Bahasa Indonesia ba·ha·gia
mempunyai arti keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dr segala yg
menyusahkan), sedangkan ke·ba·ha·gi·a·an berarti kesenangan dan ketenteraman
hidup (lahir batin); keberuntungan; kemujuran yg bersifat lahir batin. dalam
pengertian tersebut, bahagia sangat berkaitan dengan ketentraman hidup.[1] Lalu,
bagaimanakah usaha manusia guna memperoleh kebahagian?.
Manusia
sesungguhnya menggunakan setiap tenaga dan waktunya untuk mencari kebahagiaan,
cara yang dilakukannya pun beraneka ragam. Harta, Tahta, Popularitas,
Wanita/Pria dianggap sebagai sumber kebahagiaan, sehingga tidak sedikit manusia
bekerja keras banting tulang untuk mendapatkan yang mereka sebut sebagai sumber
kebahagiaan tersebut, namun tidak sedikit pula dari mereka yang sudah
mendapatkannya tidak merasa bahagia, tak seperti apa yang mereka bayangkan
sebelumnya. Yang lebih parah lagi, saat itu semua hilang, mereka malah stress.
Sebetulnya itu semua hanyalah alat untuk menggapai kebahagiaan hakiki.
Kebahagiaan
Hakiki
Kebahagiaan
hakiki tentulah kebahagiaan yang bersifat kontinyu dan terus menerus, tidak
akan berkurang kadarnya meskipun diterpa ujian dan cobaan. Alloh sebagai pencipta tentu saja
lebih tahu bagaimana memberi
kebahagiaan kepada manusia, bukan manusia itu sendiri yang mengira-ngira
bagaimana mendapatkan kebahagiaan. Maka hanya maunsia yang senantiasa mentaati
dan mengikuti petunjuk yang Alloh berikanlah yang dapat memperoleh kebahagiaan.
Dalam Al-Quran Alloh berfirman:
"(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat
kembali yang baik." (QS.
Ar-Ra'd:28-29)
Kebahagian
ini bukanlah kebahagiaan yang bersifat sementara, bukan kesenangan semu dan
bukanlah bersumber dari hawa nafsu. Kebahagiaan disini ialah kebahagiaan yang
menentramkan hati saat di dunia, dan tempat kembali yang baik di akhirat kelak,
yaitu surga. Orang yang beriman dan beramal saleh dengan mengingat Alloh yang
mendapat kebahagiaan seperti ini. Dengan mengingat Alloh, setiap langkah
hidupnya akan merasa selalu terawasi, sehingga
dalam menjalani hidup akan selalu berada dijalan Alloh, menjalankan yang
diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya guna mencapai derajat ketakwaan dan
keridhoan Alloh. Tidak akan ada perasaan gelisah, was-was dalam menjalani
hidup, karena dunia bukanlah prioritasnya.
Allah
telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di
bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam).
Dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tidak
mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir
setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. An-Nuur:55)
Sumber
kebahagiaan hakiki adalah ridho Alloh, karena dengan keridhoan Alloh lah yang
dapat membawa kita menuju kebahagian hakiki yang abadi yaitu surga-Nya.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh,
mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka
ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha
kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada
Tuhannya.” (QS. Al-Bayyinah:7-8)
Manusia seperti itulah sebaik-baik makluk.
Yang Tidak Mendapatkannya...
Tentu saja merugilah orang yang tidak
mendapat kebahagiaan tersebut. Bisa jadi yang dianggap kebahagiaan justru
membinasakan. Boleh saja manusia merasa senang ketika menapat kekayaan dan berfoya-foya
dengannya, namun dapat dipastikan bukanlah kebahagiaan yang dirasakan, tapi
hanya kesenangan sesaat yang semu. Lebih parah lagi di akhirat akan mendapat
azab, dan sekali-kali apapun yang diusahakan di dunia untuk hawa nafsunya tak
akan dibawanya ke akhirat kelak, apalagi menolongnya. Hanya penyesalan yang
dirasakan. Naudzubillahi minzalik,
Dan harta
kekayaannya dibinasakan, lalu ia membulak-balikkan kedua tangannya (tanda
menyesal) terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur
itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata: "Aduhai kiranya dulu aku
tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku". (QS. Al-Kahfi : 42)
Semoga apa yang kita cari dalam hidup
ini yaitu kebahagian hakiki dapat kita dapatkan, aamiin......
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS: Al-Qashash : 77)






